Friday, March 20, 2009

Kunci Sukses Dimulai dengan INISIATIF



---------- Pesan terusan ----------
Dari: Anthony Dio Martin Official Site
<anthonydiomartin@yahoo.com>
Tanggal: 17 Maret 2009 03:04
Subjek: Anthony Dio Martin Official Site
Ke: tristanto.wahono@gmail.com


Kunci Sukses Dimulai dengan INISIATIF

Posted: 13 Mar 2009 12:15 AM PDT

Dimuat di Bisnis Indonesia 13 Maret 2009

"Success comes from taking the initiative and following up… persisting… eloquently expressing the depth of your love. What simple action could you take today to produce a new momentum toward success in your life?" – Anthony Robbins

Sering kali kita mendengar kata inisiatif. Bahkan mungkin saja setiap dari kita sudah sering mendengarnya saat kita masih kecil atau saat kita mulai bersekolah. Bahkan, ketika kita kuliah ataupun saat mengikuti kegiatan organisasi pun, hingga saat sekarang ini, dimana kita bekerja atau melakukan bisnis, kata ini kerapkali terdengar.

Orang – orang di sekitar kita pun sering mengatakan, "Kalau mau sukses dan berhasil, intinya mesti dimulai dari insisiatif!". Bahkan seorang motivator kelas dunia seperti Anthony Robbins pun mengatakan bahwa kesuksesan itu datangnya dari inisiatif.

Saya pun teringat dengan sebuah cerita yang pernah diceritakan oleh teman saya. Alkisah ada seseorang yang bekerja kepada seorang bangsawan di Eropa. Suatu ketika, istri bangsawan itu memanggil seorang pekerjanya untuk diajak berbicara. "Andrew, berapa lama Anda sudah tinggal dan bekerja bersama kami?", tanya istri bangsawan itu. "Kira – kira sekitar dua puluh lima tahun, Nyonya" jawab Andrew. "Oiya, saya ingat kalau engkau dipekerjakan untuk memelihara satu-satunya kuda perang waktu itu.", kata sang Nyonya. "Benar sekali, Nyonya," jawab Andrew. "Andrew, kuda itu sudah mati sepuluh tahun yang lalu", ujar sang Nyonya kepada Andrew. "Benar sekali, Nyonya." Jawab Andrew. "Jadi, apakah yang harus saya lakukan sekarang?", lanjutnya.

Hey! Jangan – jangan kita sama seperti Andrew. Banyak orang tidak memiliki inisiatif dan menunggu selama bertahun-tahun agar orang lain memberitahukan kepadanya apa yang seharusnya dia lakukan. Sehingga segala kesuksesan, keberhasilan, prestasi serta pencapaian – pencapaian yang harusnya telah kita raih tidaklah kita dapatkan dikarenakan kurangnya inisiatif dari kita.

4 Kategori Pribadi Berdasarkan Inisiatifnya

Secara pribadi, saya ingin membagi 4 kategori orang berdasarkan tingkatan inisiatifnya. Keempat kategori itu adalah :

Orang tipe pertama, orang-orang yang tidak pernah melakukan hal yang benar, tidak peduli apapun yang dikatakan kepadanya.

Orang yang termasuk dalam kategori pertama ini sering kali menjadi sumber masalah baik di dalam pekerjaan maupun dalam hubungan interaksinya. Selain cuek, yang memperparah mereka adalah meskipun sudah diberitahukan hal yang benar, mereka tidak dapat mengerjakan sesuatunya dengan benar. Namun, ini bukanlah sesuatu yang tidak bisa diperbaiki lagi. Bahkan, kita tidak perlu 'menyepak' orang-orang ini dari organisasi kita. Saya pun teringat pepatah dari novelis, Robert A. Heinlein yang pernah mengatakan, "A society that gets rid of all its troublemakers goes downhill." Ya, organisasi yang mengeluarkan para troublemakernya, malahan akan terpuruk. Saat ini, di tempat dimana kita menjadi sang pemimpin, mungkin saja ada orang – orang yang masuk dalam kategori ini. Langkah terbaik yang harus kita lakukan bukanlah secara langsung dengan menghindari orang tersebut tetapi mulailah dengan mengajak orang tersebut dalam proses coaching atau counseling. Mungkin saja ada pengalaman – pengalaman masa lalu yang menyebabkan dirinya menjadi seperti itu. Ketika bisa diperbaiki, orang ini bisa jadi justru menjadi aset yang berharga.

Orang tipe kedua, orang-orang yang melakukan hal benar setelah diberitahukan lebih dari satu kali.

Dibandingkan dengan tipe pertama, maka orang yang masuk dalam kategori ini tentunya lebih baik. Jika dalam tim terdapat orang seperti ini, hal yang perlu dilakukan adalah sedikit bersabar. Mungkin juga sebagai pemimpin, kita tidak memberikan arahan yang cukup jelas. Janganlah langsung menyalahkan mereka.

Orang tipe ketiga, orang-orang yang melakukan hal yang benar saat diberitahukan sekali.

Rata – rata sebagian besar orang – orang di dalam tim biasanya masuk dalam kategori ini. Orang dalam kategori ini merupakan kelompok terbesar, sehingga kelompok ini dapat disebut sebagai kelompok standard (rata – rata). Jika saat ini Anda mau menjadi orang luar biasa, maka perlu bergerak dari kelompok ini menjadi pribadi yang masuk ke orang dalam kategori keempat.

Orang tipe keempat, orang-orang yang melakukan hal benar tanpa harus diberitahukan.

Inilah yang dikategorikan sebagai orang yang memiliki inisiatif. Untuk belajar tentang inisiatif, saya jadi teringat pada masa kecil saya dimana saya suka sekali mengamati kegiatan yang dilakukan oleh semut. Semut - semut, meskipun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya, atau penguasanya, mereka mengumpulkan makanan pada waktu musim panas. Setiap kali ada kesempatan, mereka selalu mengumpulkan makanan dan selalu bekerja sama dalam mengumpulkannya. Semuanya tampak terjadi, tanpa ada yang mengkomando. Nah, jika semut saja bisa, harusnya setiap kita pun mampu melakukannya.

Jadi, kita bisa simpulkan bahwa salah satu rahasia besar untuk menjadi seorang pribadi yang sukses dan berhasil, adalah kemauan untuk mengambil berbagai inisiatif. Untuk itu, janganlah memiliki sikap hanya menunggu bola datang menghampiri, tapi yang harus dilakukan adalah menjemput bola kemudian cetaklah gol dalam kehidupan. Ini khususnya berlaku dalam bidang-bidang sales atau pun bisnis kepada customer.

Namun, dalam banyak pembicaraan, saya sering menemukan sekali orang yang hanya terus menunggu datangnya kesempatan. Mereka terus berharap akan adanya peluang yang datang menghampiri hidup mereka. Tentunya sampai beberapa tahun pun mereka akan tetap didapati sebagai orang yang dalam posisi yang sama. Alih – alih menunggu datangnya kesempatan dan peluang dalam hidup kita, lebih baik kita mempersiapkan hidup kita saat ini dengan terus mengasah skill dan kemampuan, membangun networking, dll. Pastikan pada saatnya kesempatan itu datang, Anda sudah siap! Saya pun jadi teringat oleh sebuah pepatah yang pernah disampaikan oleh sahabat saya, "Janganlah berdoa supaya kesempatan datang, tetapi berdoalah supaya Anda siap saat kesempatan datang!"

Mungkin Anda pernah mengalami saat-saat dimana kesempatan datang , tetapi Anda justru belum siap. Betapa sayangnya! Maka, mulai saat ini mari berjanjilah untuk menjadi pribadi yang berinisiatif serta mempersiapkan segala sesuatunya, sehingga saat peluang ada di depan mata, Anda dapat meraihnya sehingga mampu mengenggam sukses dan keberhasilan Anda!

Mentor Sejati

Posted: 05 Mar 2009 10:21 PM PST

Dimuat di Bisnis Indonesia 6 Maret 2009

Every kid needs a mentor. Everybody needs a mentor - Donovan Bailey

Dalam perjalanan menuju ke suatu tempat pelatihan di daerah Sumatera Utara, sepanjang perjalanan tersebut saya banyak berbincang-bincang dengan seorang bapak yang kebetulan menyupiri mobilnya untuk mengantarkan saya ke tempat seminar. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah perbincangannya mengenai topik perjalanan hidup.

Sepanjang perjalanan, sang bapak tersebut yang sebelumnya mengetahui profil saya, tidak habis – habisnya bertanya segala hal yang berkaitan tentang diri saya. Pertanyaannya yang menarik bagi saya, sampai – sampai hal ini menjadi ide artikel saya adalah mengenai siapa yang menjadi mentor saya.

Sesaat setelah pertanyaan itu diajukan, saya pun terdiam sesaat. Mengenang perjalanan hidup masa lalu saya yang begitu susahnya hingga bisa seperti sekarang. Saya pun menyadari hal ini dapat terjadi dalam hidup ini dikarenakan hadirnya mentor – mentor yang berperan penting di dalam kehidupan ini. Saya pun teringat suatu pepatah yang mengatakan, jika kita mau belajar mengenai sesuatu maka carilah seorang mentor yang dapat membimbing kita.

Saya sepenuhnya setuju dengan pernyataan tersebut. Dan kalau kita mengamati orang – orang sukses di dunia ini pastiah memiliki mentor yang akhirnya membantu membawa mereka ke puncak kesuksesannya. Kita ambil contoh saja. Napoleon Hill, penulis legendaris pertama di bidang Personal Success, ternyata banyak dimentor oleh Andrew Carnegie. Kesuksesan Donald Trump, tidak lepas dari bimbingan langsung ayahnya. Sementara, Robert Kiyosaki, jelas-jelas mengatakan "ayah kayanya" sebagai mentor pribadinya. Dari hal ini bisa saya simpulkan, dibalik orang yang telah sukses dalam hidupnya, pastilah ada orang yang telah membimbing mereka menjadi seperti itu.

Orang – orang yang duduk bersama dengan sang mentor tentunya sedikit banyak akan mewarisi keahlian yang juga dimiliki oleh sang mentor. Nah, hingga disini Anda mungkin bertanya bagaimana mendapatkan mentor yang tepat tersebut? Sebenarnya, mencari mentor bisa dimana saja asal kita mau, kita bisa mengajak seseorang yang kita mau belajar darinya dengan mengajak makan bersama, bertemu, berdiskusi, atau bisa juga mentor kita adalah buku, cd audio, dll yang kita bisa pelajari pola pemikirannya.

Hingga disini, perlu saya tegaskan bahwa sebagai seorang pemimpin, kita tidak ingin berakhir hanya sebagai seorang yang dimentor saja. Tujuan akhir kita tentunya adalah menjadi mentor itu sendiri! Terlebih lagi di Indonesia yang saat ini sedang mengalami krisis. Indonesia, negara kita ini memerlukan begitu banyak mentor yang akan membantu mengembangkan banyak orang untuk menjadi orang yang maksimal dalam hidupnya, sehingga ujung – ujungnya situasi dan kondisi negara ini bisa menjadi baik.

Saya sendiri secara pribadi, menemukan minimal ada 2 hal yang perlu dilakukan untuk menjadikan kita sebagai seorang mentor yang sejati.

Pertama, seorang mentor sejati haruslah mampu mengenali apa yang menjadi potensi dari orang yang dimentor.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan "Mentor: someone who can make your hindsight become your foresight". Ya, untuk menjadi seorang mentor yang sejati tentunya kita harus dapat mengenali apa yang menjadi kelebihan serta potensi tersembunyi (hindsight) seseorang, hingga akhirnya bisa menjadi potensi yang sebetulnya bisa dikembangkan (foresight).

Kedua, mengembangkan serta memaksimalkan potensi orang yang kita mentor.

Hal yang kedua, tentunya setelah sebagai mentor, kita juga harus bergerak kepada proses membantu orang yang kita mentor mencapai kemaksimalan dalam potensinya.

4 Tahapan Kemajuan Mentoring

Sekarang bagaimanakah tahapan – tahapan untuk mengembangkan orang yang kita mentor? Ada tahapan yang lebih spesifik yang tentunya dapat Anda temukan saat mengikuti workshop "Coaching & Counselling Excellency" yang akan diadakan di akhir bulan ini. Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan ada 4 tahapan proses untuk membantu seseorang menjadi maksimal dalam potensinya.

Tahap pertama – I Do You Watch.

Tahap pertama ini saya sebut sebagai tahap belajar, dimana orang yang kita mentor kita libatkan untuk banyak melakukan observasi terhadap apa yang kita kerjakan. Mereka diminta belajar memahami pola – pola yang kita lakukan, sehingga di dalam dirinya akan muncul inspirasi untuk dapat melakukan hal – hal yang sama bahkan lebih baik. Disini seorang mentor harus dapat menjadi model, sehinggi orang yang dimentor dapat memodel prinsip – prinsip yang bekerja, yang akhirnya akan membantunya mencapai kemaksimalan.

Tahap kedua – I Do You Help.

Setelah tahap pertama, maka proses selanjutnya adalah dengan mulai melibatkan orang yang kita mentor untuk mulai membantu hal – hal yang sedang kita lakukan atau kerjakan. Dalam proses ini, tentunya orang yang kita mentor akan lebih memahami proses yang sedang kita lakukan karena mulai untuk dilibatkan dalam proses yang sedang dilakukan oleh sang mentor.

Tahap ketiga – You Do I Help.

Setelah mencapai tahap kedua, maka pergerakan selanjutnya adalah di tahap yang ketiga. Dimana orang yang kita mentor harus sudah berani untuk take action melakukan apa yang saat ini sedang kita kerjakan. Disini sebagai seorang mentor, tugas kita adalah menjadi supervisor yang mamberikan saran, masukan (feedback) untuk pengembangan lebih jauh menuju potensi maksimalnya.

Tahap terakhir – You Do I Watch.

Di tahap terakhir inilah kita sebagai seorang mentor benar – benar melepaskan orang yang kita mentor untuk bergerak sendiri. Sampai di posisi ini, tugas seorang mentor dalam mensupervisor tidaklah sebanyak tahap – tahap awal. Biasanya orang yang dimentor yang sudah dalam tahap ini, jika mengalami kesulitan atau kendala, maka secara otomatis akan datang dan menghampiri kita sebagai mentor untuk mendapatkan masukan atau feedback.

Jika sudah sampai tahap ini, maka proses menjadi seorang mentor yang sejati sudah berjalan setengah jalan. Lho koq baru setengah? Iya, mengutip kata – kata dari pakar leadership dunia, John Maxwell yang mengatakan bahwa seorang pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dapat menghasilkan pemimpin yang menciptakan pemimpin selanjutnya. Begitu pula sebagai seorang mentor yang berhasil adalah saat orang yang kita mentor berhasil menjadi mentor bagi orang lain yang akhirnya merupakan mentor juga. Jadi marilah menjadi mentor yang sejati bagi kemajuan bangsa kita tercinta ini!

Artikel ini telah dipublikasikan dalam Media Bisnis Indonesia
Kolom Motivasi
Hari Jumat tanggal 6 Maret 2009

Monday, March 9, 2009

Jean Dominique Bauby

Diambil dari: Anonim

Pernah membayangkan, bagaimana seseorang menulis buku, bukan
dengan Tangan atau anggota tubuh lainnya, tetapi dengan kedipan
kelopak mata kirinya ? Jika Anda mengatakan itu hal yang mustahil
untuk dilakukan, tentu saja Anda belum mengenal orang yang bernama
Jean-Dominique Bauby. Dia pemimpin redaksi majalah Elle, majalah
kebanggaan Prancis yang digandrungi wanita seluruh dunia.

Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun
kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang
begitu luar biasa. Ia meninggal tiga hari setelah bukunya
diterbitkan. Setelah tahu apa yang dialami si Jean dalam menempuh
hidup ini, pasti Anda akan berpikir, "Berapa pun problem dan stres
dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan
dengan si Jean !"

Tahun 1995, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh
tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut Locked-In Syndrome,
kelumpuhan total yang disebutnya "Seperti pikiran di dalam botol".
Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa
berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat
diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi
Itulah cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah
sakit, keluarga dan temannya.

Begini cara Jean menulis buku. Mereka (keluarga, perawat,
teman-temannya) menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan
berkedip apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang
dipilihnya. "Bukan main," kata Anda.

Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita,
kegiatan Menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun,
kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barang kali kita
harus menangis dulu berhari-hari dan bukan buku yang jadi, tapi
mungkin meminta ampun untuk tidak disuruh melakukan apa yang
dilakukan Jean dalam pembuatan bukunya.

Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah
menyelesaikan Memoarnya yang ditulisnya secara sangat istimewa.
Judulnya, "Le Scaphandre et le Papillon" (The Bubble and the
Butterfly).

Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang
digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap
berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun
untuk menelan ludah pun dia tidak mampu, karena seluruh otot dan
saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut kita teladani adalah
bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik
dan tetap menjadi seorang manusia. Bahkan bersedia berperan langsung
dalam film yang mengisahkan dirinya.

Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan
kondisinya yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan kita yang
hidup tanpa punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang
selalu mengeluh..! Coba ingat-ingat apa yang kita lakukan. Ketika
mendapat cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat
cuaca panas juga menggerutu. Punya anak banyak mengeluh, tidak
punya anak juga mengeluh. Carl Jung, pernah menulis
demikian: "Bagian yang paling menakutkan dan sekaligus menyulitkan
Adalah menerima diri sendiri secara utuh, dan hal yang paling sulit
dibuka adalah pikiran yang tertutup !"

Maka, betapapun kacaunya keadaan kita saat ini, bagi yang
sedang stres berat, yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri
maupun melawan orang lain, atau anggota keluarga yang sedang tidak
bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, yang baru
mendapat musibah kecelakaan atau bencana, bagi yang sedang di-PHK,
ingatlah kita masih bisa menelan ludah, masih bisa makan dan
menggerakkan anggota tubuh lainnya. Maka bersyukurlah, dan
berbahagialah...! Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut
abadi, tapi bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank
(berpikir, kemudian berterima kasih / bersyukur).

Kunci kebahagiaan adalah bersyukur ! Mensyukuri apa yang
kita dapat itu penting, termasuk sebuah nyawa agar kita bisa hidup
di alam ini. Dan kebahagiaan bisa dibuat, dengan tidak meminta
(menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa yang bisa
diberikan kepada orang lain agar mereka bahagia. Jadilah seseorang
yang merasa ada gunanya untuk kehidupan ini.

Untuk itu, Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Justru banyak orang yang sukses itu sebetulnya orang yang telah banyak mengalami kegagalan. Berpikirlah positif, Anda akan menjadi orang yang beruntung. Tetapi, untuk mendapatkan keberuntungan diperlukan usaha. Dan mulailah sekarang juga untuk berusaha. Sukses untuk anda !



Salam SUKSES SELALU dan TETAP SEMANGAT

--
Posted By Tristanto Wahono to WahanaSukses - Create your own destiny at 6/22/2007 03:53:00 PM

Saturday, March 7, 2009

Dare Dreamer atau Daydreamer?

Dimuat di Bisnis Indonesia 6 Februari 2009

"Happy are those who dream dreams and are ready to pay the price to make them come true." – Leon Joseph Cardinal Suenens

Baru-baru ini, saya menyaksikan tayangan biografi Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, Barack Hussein Obama. Menilik perjalanan hidupnya, sangat sulit terbayangkan bagaimana anak yang ditinggal oleh ayah kandungnya sejak kecil dan sempat berpindah tempat tinggal, termasuk pernah tinggal di Indonesia ini, akhirnya menjadi orang nomer satu di negara adidaya Amerika. Dengan darah campuran antara ibu kulit putih dan ayah keturunan Afrika, membuatnya sempat mengalami kebingungan identitas. Bahkan, di usia awalnya, Obama sempat berkenalan dengan narkoba. Namun,segalanya mulai berubah tatkala ia diterima di Harvard Law School dan mulai melihat titik terang dalam hidupnya. Mulailah Obama berani bermimpi, setahap demi setahap. Mulai dari masuk ke Kongres, menjadi Senator hingga menjadi Presiden. Sebuah perjalanan yang hanya bisa dilewati dengan berpegang teguh pada mimpinya. Pada diri Barack Obama-lah, kita melihat bagaimana pidato Martin Luther King yang terkenal, "I have a Dream", betul-betul terwujud!

Daring Dream atau Daydream?

Sudah begitu banyak buku, seminar, artikel yang mengajarkan kepada kita soal pentingnya menetapkan sebuah impian. Tetapi pertanyaannya yang terpenting sekarang: apakah yang kita miliki hanya sekedar mimpi saja (daydream) atau itu merupakan mimpi berani yang harus dicapai (daring dream)?

Dalam pembelajaran selama hidup ini, dari buku – buku yang saya baca, seminar yang penah saya ikuti, termasuk belajar dari kisah hidup Barack Obama, saya mendefinisikan ada 5 perbedaan kualitas antara yang berani bermimpi (daring dream) dengan sekedar bermimpi (daydream).

Pertama, orang yang berani bermimpi menggantungkan kepada disiplin diri untuk meraihnya, sedangkan seorang pemimpi menggantungkan kepada keberuntungan.

Seorang yang berani bermimpi, umumnya punya disiplin yang kuat untuk merealisasikan mimpinya. Ambil contoh Barrack Obama, tatkala kalah dari Bobby Rush dalam pemilihan partai Demokrat untuk U.S. House of Representative di tahun 2000, ia tidak menyerah dan masih setia mewujudkan mimpi-mimpinya. Dan dengan kepala tegak dan penuh disiplin, Barrack Obama tetap melanjutkan perjuangan prinsip-prinsipnya. Itulah salah satu disiplin mewujudkan mimpi yang ditunjukkan Barack Obama. Dalam hal ini, benarlah apa yang dikatakan motivator dunia, Jim Rohn bahwa, "Discipline is the bridge between goals and accomplishment." Jelas, hanya kedisiplinanlah yang menjadi kunci atau jembatan untuk merealisasikan setiap mimpi kita.

Kedua, pribadi yang berani bermimpi tetap terfokus pada proses pencapaian, sedangkan pemimpi selalu terfokus kepada tujuan akhir saja, serta enggan melewati prosesnya.

Lihatlah Barrack Obama. Ia memulai proses menjadi kandidat Presiden dengan tertatih-tatih, satu demi satu persaingan yang berat harus dihadapinya. Termasuk persaingan yang luar biasa adalah justru tatkala ia harus berhadapan dengan Hillary Clinton, istri mantan Presiden Bill Clinton yang sudah begitu dikenal. Jutaan pasang mata bisa melihat bagaimana proses perdebatan yang sengit terjadi diantara mereka, dan Obama menjadi Presiden bukannya dengan jalan yang mulus. Tetapi itulah proses perjuangan yang ditunjukkan seorang Barrack Obama. Berbicara tentang hal ini, Greg Anderson, seorang penulis dari Amerika dan pendiri American Wellness Project pernah berujar, "Focus on the journey, not the destination. Joy is found not in finishing an activity but in doing it." Sungguh tepat! Karena itu, kita pun perlu berfokus pada proses pencapaian setiap visi, impian dan cita – cita kita, sesulit apapun! Dan mulai menikmati proses dalam pencapaiannya. Herannya, tatkala kita betul-betul menikmatinya, suatu ketika kita akan merasa bahwa, tanpa disadari ternyata kita sudah bisa meraih apa yang kita angan-angankan.

Ketiga, seorang yang berani bermimpi mencari alasan untuk bertindak, sedangkan seorang pemimpi mencari alasan untuk mengeluh.

Seorang yang benar – benar berani bermimpi, memfokuskan diri kepada tindakan – tindakan yang makin mengarahkan kepada mimpinya. Sebagai seorang yang pernah berkerjasama dan menggunakan metode 'agitasi emosi'-nya Paul Allinski, Barrack Obama banyak meletakkan dirinya pada situasi dimana ia betul-betul 'marah' pada kondisinya sekarang untuk memaksanya mengambil tindakan. Itulah yang diajarkan oleh Obama. Tatkala kita tidak puas dengan kondisi sekarang dan mengharapkan yang lebih baik, janganlah mengeluh tetapi berbuatlah sesuatu yang mampu mewujudkan kondisi yang lebih baik. Fokus Obama hanya satu, yaitu bertindak untuk mencapai apa yang menjadi impiannya. Bagaimana dengan Anda? Lebih banyak berkeluh kesah atau bertindak?

Keempat, seorang yang berani bermimpi selalu mengambil inisiatif, sedangkan orang yang hanya bermimpi selalu menunggu.

Seorang pemimpi punya kecenderungan menunggu. Entah menunggu waktu baik, hari baik, kesempatan lebih baik, peluang lebih baik, rekan yang baik, tempat yang baik, dan hal baik lainnya yang selalu menjadi pre-kondisi untuk mewujudkan impiannya. Hal ini kontradiktif sekali dengan orang yang benar – benar berani bermimpi. Dalam kondisi maupun situasi apapun, orang ini selalu mengambil inisiatif. Apa yang belum ada, maka dia akan berusaha keras untuk mencari atau bahkan menciptakannya. Perhatikan Barack Obama, kelahiran tahun 1961, yang tidak menunggu lantaran usianya yang relatif muda sebagai politisi. Bandingkan dengan Obama yang tidak menunggu kesempatan datang, namun selalu mengejar bahkan menciptakan peluang. Termasuk saat Obama berusaha bergabung dengan Sidley and Austin law firms dimana ia bertemu dengan istrinya, Michelle pertama kali, sekaligus kesempatannya untuk bertemu dengan para top leader.

Akhirnya, Kelima, seorang yang berani bermimpi selalu menganggap bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi, sedangkan seorang pemimpi menganggap bahwa yang terjadi adalah tanggung jawab orang lain.

Kualitas terakhir inilah yang menjadi penentu antara seorang yang sekedar pemimpi dengan yang berani bermimpi. Mereka yang berani bermimpi, punya respon yang benar atas apapun yang terjadi. Di saat terjadi kesalahan maupun kekeliruan, diri mereka tidak mencari 'kambing hitam' untuk dipersalahkan, tetapi selalu belajar dari pengalaman itu.

Mulai saat ini, marilah menjadikan diri kita sebagai DARE DREAMER bukan hanya seorang daydreamer! Ngomong-ngomong, tahukah Anda buku pertama yang ditulis Barrack Obama yang sebagian besar diselesaikan di Bali, berhubungan juga dengan mimpi yakni, "DREAMS from My Father"! Barrack Obama adalah dare dreamer sejati!

http://www.anthonydiomartin.com/2009/02/06/belajar-dari-barack-obama/comment-page-1/#comment-24

Thursday, March 5, 2009

A R T I B E S A R C A T A T A N


Sisihkan waktu untuk merencanakan pekerjaan dan kehidupan
Anda setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan. Periksa kembali
apakah tak ada yang terlupa.. Perencanaan kecil semacam ini akan
mencegah munculnya persoalan dalam perjalanan pekerjaan Anda. Dengan
bertindak demikian maka kehidupan Anda pun akan berjalan dengan mulus.

Seringkali kita merasakan tidak punya waktu untuk
merencanakan pekerjaan dan hidup kita, karena sudah sangat sibuk
untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul. Akan tetapi kita
tidak sadar bahwa, sering kali, persoalan-persoalan tersebut justru
muncul karena tidak adanya perencanaan yang tajam. Memang, tidak
semua persoalan bisa diselesaikan di depan. Atau semuanya bisa
dicegah, setajam dan selama apapun perencanaan dan persiapan
dilakukan. Akan tetapi banyak sekali yang dapat dihemat dengan
melakukan perencanaan dan persiapan yang matang: hemat waktu, uang,
energi. Perencanaan juga dapat mencegah kita untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya tidak perlu.

Untuk mempertajam perencanaan, biasakan Anda melakukan hal-hal di
bawah ini :

Rencanakan setiap langkah kegiatan atau prosedur baru, cari
titik-titik yang bisa menjadi hambatan dalam setiap tahap, dan
perkirakan cara terbaik untuk mencegah atau mengatasinya
Pastikan bahwa penugasan-penugasan benar-benar dipahami oleh staf dan
kelompok di lingkungan tanggung jawab Anda
Perhatikan tahap awal pelaksanaan setiap pekerjaan, karena biasanya
pada tahap ini persoalan mulai muncul
Catatlah setiap malam, apa-apa saja kekurangan dalam pelaksanaan
pekerjaan hari ini, dan rencanakan apa-apa saja yang akan anda
lakukan esok hari, agar pelaksanaan pekerjaan akan lebih baik dari
hari ini dan seterusnya

Mencatat adalah kegiatan yang sering kita abaikan. Padahal,
mencatat itu adalah bagian penting untuk menghemat memori ingatan
kita. Seringkali kita lupa apa yang kita ingat kemarin hanya karena
tidak dicatat, dan baru teringat keesokan harinya atau bahkan
seminggu kemudian.

Jadi, rencanakan dengan matang, dan jangan lupa mencatat !

Sumber : ESENSI KEPEMIMPINAN : MEWUJUDKAN VISI MENJADI AKSI" karangan
Erry Riyana Hardjapamekas

Kiriman dari
Debby Susanti
Surabaya


Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman
Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang!

Sunday, March 1, 2009

Rantai Gajah

Kita semua pastilah tahu gajah liar. Tapi tahukah kita bahwa dalam kondisi liar ia mampu berjalan lebih dari 40 km per hari? Ia juga mampu mencari makan dalam jumlah yang berlimpah. Memiliki kekuatan merobohkan pohon, merusak satu kampung dan memiliki kekuatan lain.

Anda tahu bagaimana cara menjinakkan gajah liar itu? Pertama, tembak gajah itu dengan obat bius. Kedua, ikat gajah itu dengan rantai dan ikatkan di pohon yang besar. Setelah siuman gajah akan lari, tapi karena kakinya diikat dengan rantai, gajah itu pasti akan terjatuh. Setelah terjatuh dia bangun lagi, lari... dan jatuh lagi. Begitu terus berulang-ulang. Setelah gajah lelah datanglah pawang gajah memberinya makan. Ketika gajah memiliki tenaga baru, dia berusaha lari lagi... dan terjatuh lagi. Lalu datang pawang lagi, memberi makan. Kejadian seperti itu terus berulang sampai kira-kira selama 2 pekan.

Di pekan ketiga sang pawang akan mengganti rantai yang mengikat kaki gajah dengan tali plastik. Akankah si gajah mencoba berotak lagi? Ternyata t
idak. Mengapa? Dia takut terjatuh lagi. Dia sudah punya pengalaman berkali-kali di dua pekan sebelumnya; kalau dia berlari pasti terjatuh. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kemampuan gajah berkurang dan dibatasi dengan pikirannya sendiri. Bahkan sampai mati nanti, kehidupan gajah dibatasi dengan pikirannya sendiri. Bila sudah begini, dia tidak mau lagi berjalan lebih dari 40 km. Dia tidak mau lagi mencari makanan sendiri, "Toh nanti ada yang mengantar makanan," pikir si gajah.

Sesungguhnya di dalam diri manusia pun banyak "rantai gajah". "Tak mungkin saya berhasil, saya kan bukan sarjana"; Nggak mungkin saya sukses, bapak dan kakek buyut saya kan miskin, garis keturunan saya adalah garis kere."; Nggak mungkin saya berwirausaha, darah saya kan jawa, cocoknya pegawai negeri."
Ungkapan-ungkapan diri seperti itulah yang saya katakan sebagai "rantai gajah" dalam diri kita.

"Rantai gajah" juga bisa mewujud untuk membatasi pikiran ketika mendapati kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagainya. Ini tentu akan menghambat prestasi dan kemampuan kita yang sesungguhnya. Kemampuan optimal kita pun tak pernah tercermin dalam aktivitas sehari-hari.

Bila kita ingin memunculkan potensi diri kita yang sesungguhnya, kita harus "take action" untuk membuang "rantai gajah" dalam pikiran kita. Lihatlah Ucok Baba, aktor bertubuh mungil, atau Tukul Arwana yang sosoknya oleh dirinya sendiri diakui sebagai sosok wong ndeso, mampu menjadi presenter di televisi.


Anda tentu juga mengenal Helen Keler. Ia buta, tuli dan "gagu", tapi dia mampu lulus dari Harvard University. Kita juga pasti kenal Hee Ah Lee, seorang yang harnya memilki 4 jari; 2 di kanan, 2 di kiri, namun ia menjadi pianis hebat dunia dan sudah menggelar konser di berbagai negara.

Pendidikan juga tak boleh menjadi "rantai gajah". Bill Gates t
idak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi "raja" komputer dan orang terkaya di dunia saat ini.

Kemiskinan pun tak boleh menjadi "rantai gajah". Mantan Meneg BUMN, Sugiharto pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir, dan kuli pelabuhan. Kemiskinan juga melilit masa lalu kehidupan Sylvester Stallone, yang kini menjadi bintang Hollywood papan atas.

Mari segera buang "rantai gajah" yang masih melekat dalam pikiran kita agar kita mampu menembus berbagai keterbatasan.

Dikutip dari buku "Menyemai Impian Meraih Sukses Mulia", Jamil Azzaini.

----- Original Message -----

Sent: Wednesday, September 17, 2008 8:15 AM
Subject: Rantai Gajah

DOSA YG LEBIH HEBAT DARI DOSA BERZINA


Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung.
Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam.
Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya.
Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya.
Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya.

Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.
Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam.
Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".
Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk.
Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.
"Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut.
"Saya takut mengatakannya. " jawab wanita cantik.
"Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya......telah berzina."
Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas
hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai...... tewas", ucap wanita itu seraya menagis sejadi-jadinya.

Nabi musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini!
Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu.
Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.
Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut.
Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa.
Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu.
Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya.
Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya?
Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.

Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya?
Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya? "
Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?"
Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.
"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?
" Ada !"jawab Jibril dengan tegas.
"Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran.
"Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal.
Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya.
Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.
Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya.
Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah mengangg ap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.
Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya.
Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy
Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.

Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub.
Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.

Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.
Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.
From: Tarmedi, Edi
Sent: Thursday, September 18, 2008 2:11 PM
To: Acep; Agustina, Rosa; Andria, Nuzulia; Aprilina, Vivi; Hadiwijaya, Mulya; Hariwibowo, Wati; Hesthy, Dwi; Kurniasih, Yulianita; Lestari, Eka; Meylina, Rita; Ningrum, Ratika; Pulungan, Muhsin; Quintine, Marla; Riyanto, Tetra; Ruhiyat, Yayat; Sudira, Boy; Wahono, Tristanto; Widiyanto, Harry; Widodo, Tini; Yana, Achmad
Subject: FW: DOSA YG LEBIH HEBAT DARI DOSA BERZINA

.