Friday, August 14, 2009

LIHAT JARAK YANG KITA BUAT

Sebuah tulisan yang lumayan bagus untuk direnungkan, selamat membaca....

        Coba pikirkan sejenak gaya hidup kita di abad ke dua puluh ini. Bagaimana kita menjaga diri dari gangguan pribadi yang tidak kita harapkan. Banyak diantara kita tinggal dalam lingkungan rumah dimana hanya sebulan sekali bertemu dengan tetangga. Tinggal di tengah kota, hidup dikelilingi pagar tinggi dan sistem pengamanan. Kita memiliki nomor telepon genggam pribadi dan satpam penjaga di pagar. Kita secara sadar mengurangi kemungkinan munculnya tamu tak diundang, namun sebenarnya kita juga memutus hubungan dengan orang-orang lain.

        Kita menghabiskan waktu berjam-jam dibalik kemudi dalam kemacetan lalu lintas dan merasa terasing. Kita berbicara dengan komputer. Kita tidak lagi pergi menemui orang lain, namun kita mengirimkan faksimili atau e-mail. Supermall telah menggantikan toko-toko kecil yang penuh keakraban. Makan malam di depan teve telah menggantikan makan malam bersama keluarga, atau dengan mudah kita makan malam begitu saja di depan kulkas.

        Bila pergi ke tempat umum, kita cenderung acuh tak acuh. Pandangan semacam ini sebenarnya cara untuk membuat jarak dengan orang lain entah di bis, kereta api, tangga berjalan dan supermarket. Pandangan yang kosong seakan menyiratkan, "Saya tidak mengenal anda, jangan berbicara dengan saya."

        Kita menonton teve atau VCD mungkin sekitar empat jam sehari sendirian. Tidak peduli apakah ada orang lain di ruangan, kita asyik dengan acara-acara di teve. Kita memiliki VCD atau DVD player yang membantu bila tidak ada acara menarik di TV yang dapat kita tonton. Apakah itu buruk ?

        "Tidak sepenuhnya buruk," kata Andrew Mathews penulis buku laris dunia "Being Happy". Menurutnya, kita sekarang hidup dalam waktu-waktu yang menyenangkan (dan sangat sesuai), tetapi kita perlu memahami ada begitu banyak tekanan yang mendorong kita menjauhi orang lain.

        Kehidupan akan menyenangkan apabila kita memiliki pengalaman kebersamaan. Kebahagiaan terbesar, saat-saat paling berharga, tantangan yang paling berat, dan saat-saat paling menyenangkan, kebanyakan terjadi di saat kita bersama dengan orang lain. Pengalaman belajar yang terbesar pun datang dari kebersamaan kita dengan orang lain.

        Agar hidup bisa menjadi suatu kenangan maka kita perlu menghilangkan beberapa penghalang dengan melakukan usaha khusus untuk bertemu dan berdekatan dengan orang-orang lain. Seorang ayah berkata, "Saya tidak punya waktu banyak dengan anak-anak tetapi saya selalu menjaga KUALITAS daripada waktu." Sebelum ada kualitas waktu harus ada kuantitas waktu. Bila anak Anda yang berusia sepuluh tahun ingin Anda membacakan bukunya, diajak berjalan-jalan, atau berguling-guling di rumput, Anda tidak dapat mengatakan, "Ayo, kita berjalan-jalan dua menit saja," atau, "Ayo kita berguling-guling sebanyak lima puluh delapan kali namun yang berkualitas." Hal ini akan berkualitas hanya bila anda berdua telah menyelesaikannya. "Sebaiknya, kita harus berusaha meluangkan waktu untuk orang lain dan membuatnya sebagai prioritas," tulis Mathews. 

        Namun sayangnya, tekanan pekerjaan, dan gelombang teknologi selalu membawa kita pada arah sebaliknya. Nah, bagaimana dengan anda sendiri? Adalah pilihan kita sendiri untuk membawa arah hidup kita menuju arah yang lebih baik, yang sesuai dengan tujuan hidup kita.

Sumber : Unknown (tidak diketahui)



Akses email lebih cepat.
Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis)

Friday, August 7, 2009

KEDEWASAAN DALAM KEHIDUPAN


Setiap jenjang kedewasaan yang lebih tinggi, demikian pengalaman saya
bertutur, sering kali mentertawakan jenjang kedewasaan di bawahnya.
Ketika baru saja mulai belajar bekerja sebagai seorang sarjana baru 
di salah satu perusahaan Jepang, kerap kali dalam rapat saya
ditertawakan orang karena berbicara dengan jargon-jargon universitas
yang asing. Tatkala baru  belajar berbicara di depan umum, tidak
sedikit orang yang mengatakan bahwa muka saya merah ketika didebat
orang. Pada saat baru belajar memimpin orang, sejumlah bawahan
memberi masukan kalau saya mudah sekali tersinggung. Pada tahapan-
tahapan tertentu dalam kehidupan saya sebagai manusia, pernah terjadi
Tuhan tidak pernah saya anggap benar.

      Ketika belum jadi manajer, memohon ke Tuhan agar jadi
manajer. Namun, begitu merasakan beratnya duduk di kursi pimpinan
ini, maka Tuhanpun disesalkan. Tatkala naik bus kota sering berdoa
agar punya mobil. Saat mobil sudah di tangan, kemudian menggerogoti
kantong dengan seluruh kerusakannya, maka salah lagilah Tuhan.

      Sekarang, ketika tabungan pengalaman dan kesulitan telah
bertambah, rambut sudah mulai memutih, badan dan jiwa mulai lebih
tahan  bantingan, terlihat jelas, betapa naif dan kekanak-kanakannya
saya pernah jadi manusia. Yang membuat saya super heran, kalau
bertemu orang dengan umur yang jauh lebih tua dari saya, tetapi
memiliki tingkat kenaifan yang sama dengan saya ketika masih amat
muda.

      Bekerja dengan orang lain, bahkan termasuk dengan pemilik
perusahaanpun, tidak ada yang dinilai benar dan pintar. Setiap orang,
di mata orang ini, hanyalah kumpulan manusia yang tidak patut
dihargai. Kecuali, tentunya manusia-manusia dengan isi kepala yang
sama, atau mau berkorban menyesuaikan diri sepenuhnya. Di salah satu
perusahaan yang menjadi klien saya, orang mengenal seorang pimpinan
yang diberi stempel Mr. Complain. Semua orang disekitarnya - dari
sekretaris hingga boss besar - dikeluhkan begini dan begitu. Dengan
saya, Tuhanpun sering di-complain. Dari salah profesi, keliru memilih
istri, anak-anak yang tidak bisa diurus, sampai dengan pemilik
perusahaan yang dia sebut super kampungan. Sebagai hasilnya, ia
memiliki koleksi musuh yang demikian banyak, pindah kerja dari satu
tempat ke tempat lain, dan yang paling penting memiliki kehidupan
yang kering kerontang. Di mata orang-orang seperti ini, Tuhan
senantiasa tidak pernah benar.

      Sulit sekali bagi manusia jenis ini untuk menerima saja
lingkungan dan rezekinya. Yang ada hanyalah keluhan, keluhan dan
keluhan. Dengan sedikit kejernihan, diri kita sebenarnya karunia
Tuhan yang paling berharga. Anda dengan hidung, mata, bibir,
kepribadian, ketrampilan, dan senyuman yang Anda miliki, hanya
dimiliki oleh Anda sendiri. Tukang jahit jarang sekali membuat satu
model baju untuk satu orang saja. Arsitek sedikit yang gambarnya
diperuntukkan hanya untuk satu orang saja. Kalaupun ada tukang jahit
dan arsitek yang membuat disain khusus, dengan sangat mudah orang
lain bisa menirunya. Tetapi Tuhan, mendisain setiap manusia semuanya
dengan keunikan. Bahkan, manusia kembarpun tetap unik. Dan yang
paling penting, tidak ada satupun yang bisa meniru Anda dengan
seluruh keunikan Anda.

      Bayangkan, betapa sulit dan besar energi yang dibutuhkan
untuk mendisain sesuatu yang unik dan tidak bisa ditiru siapapun.
Bercermin dari sini, disamping kita harus berterimakasih ke Tuhan
karena menciptakan keunikan yang tidak ada tiruannya, sudah saatnya
untuk mencari cara bagaimana keunikan dalam diri ini bisa
dimaksimalkan. Hidung saya yang tidak mancung ini tentu saja hanya
milik saya seorang diri. Dulu ia menjadi sumber rasa minder, namun
ketika ada orang yang mengatakan ini penuh keberuntungan, maka
berubahlah dia sebagai energi keberhasilan.

      Kembali ke cerita awal tentang manusia yang kerap menempatkan
Tuhan dalam posisi selalu tidak benar, sudah saatnya mungkin kita
menerima dan menghargai seluruh keunikan yang hanya milik kita
sendiri. Kalau memiliki rumah, mobil, baju yang hanya didisain khusus
untuk kita, tentu saja ia amat membahagiakan dan membanggakan.
Demikian juga dengan tubuh dan jiwa ini. Ia hanya didisain khusus
untuk kita.

      Baik, buruk, cantik, ganteng, menarik, simpatik atau
membosankan sekalipun, sebenarnya hanyalah judul dan stempel yang
kita berikan ke tubuh unik yang kita bawa ke mana-mana ini. Bedanya,
judul ini kemudian tidak hanya merubah mata Anda, tetapi juga mata
orang lain dalam melihat diri Anda sendiri …………………………………………

www.wahanausaha.com
http://postingemail.blogspot.com

.Dikutip dari Ladang Kehidupan 2004

----- Pesan Diteruskan ----
Dari: The Acesia <sj2392002@yahoo.com.sg>
Kepada: The-Acesia@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 4 Januari, 2005 22:56:47
Judul: [The-Acesia] The Acesia Newsletter No. 22 Januari 2005