Selamat membaca,
Dari: Anthony Dio Martin Official Site <anthonydiomartin@yahoo.com>
Tanggal: 9 Desember 2010 04.26
Subjek: Anthony Dio Martin Official Site
Ke: tristanto.wahono@gmail.com
Don't Bite The Hand That Feed You Posted: 08 Dec 2010 01:38 AM PST Di beberapa posting facebook, saya membaca beberapa rekan yang memaki dan menyatakan murkanya pada atasannya, pada perusahaannya, pada pabriknya tempat bekerja. Saya pikir, memaki bukanlah langkah yang bijak. Apalagi, sampai akhirnya dibaca oleh banyak orang. Tapi, saya memang memahami kalau perasaaannya mungkin sedang sangat marah dan jengkel sekali dengan si atasannya. Dia tak tahu lagi harus berbuat apa-apa sehingga mengeluh di facebooknya. Ingatlah, perlu pula buat kita untuk belajar menghargai dan menjadi pribadi yang berterima kasih atas perusahaan yang telah menghidupi kita selama ini. Mengapa kita bisa menerima gaji dan upah dari mereka dengan muka tersenyum dan senang tetapi pas giliran kerja, kita memaki-maki atasan dan pimpinan kita. Ini kan namanya tidak ksatria. Kalau kita tidak suka, lebih baik bicara dan katakan. Tetapi, jika terus-terusan tidak ada perubahan, lebih baik kita mundur dan mencari dimana kita bisa tetap menjaga mental kita yang positif. Yang penting, jangan mengeluh apalagi memaki. Seburuk-buruk atasan kita, merekalah yang memberi makan buat kita. Ingatlah pepatah, 'Don't Bite The Hand That Feed You". Seekor binatang, maaf…anjing, mengerti bahwa ia tidak boleh menggigit tuannya yang memberikan makan kepadanya. Martabat kita lebih tinggi daripada binatang, maka tunjukkanlah bahwa minimal kita adalah orang yang tahu berterima kasih. Ingatlah sekali lagi, Anda tidak harus menyukai atasan Anda tetapi tunjukkan bahwa kita bisa berterima kasih kepadanya. |
Posted: 08 Dec 2010 01:33 AM PST Richard Farson, seorang profesor Humanistic Psychology Institute di San Fransisco mengatakan dalam surveinya bahwa "Jutaan orang Amerika tidak pernah punya lebih dari satu menit selama hidupnya untuk menceritakan persoalan hidupnya kepada orang yang bisa dipercayainya". Tidaklah mengherankan jika angka depresi dan pemakaian obat-obat anti depresi tergolong sangat tinggi di Amerika. Bagaimana kita di Indonesia? Bersyukurnya, saya berharap bahwa angka ini tidak akan terlalu mengkhawatirkan. Saya pikir, kita masyarakat yang lebih terbuka. Dan untungnya, kalau saya perhatikan, baik di kota maupun pedesaan, kita umumnya masih punya seseorang yang bisa diajak untuk bicara. Menurut saya, punya seseorang yang bisa diajak bicara adalah perlu sekali. Bukan saja, bicara dengan orang lain akan memberikan kita ide maupun solusi, yang kadang tidak mampu kita lihat. Tapi, bicara dengan orang juga melegakan. Ada banyak kasus dimana seseorang yang bermasalah tetapi tidak menemukan seseorang yang bisa diajak bicara, berakhir dengan bunuh diri. Memang tidaklah mudah mempercayai seseorang dan cukup berisiko mempercayakan persoalan kita pada orang lain. Tapi, jika ingin bertumbuh dan berkembang secara sehat, kadang kita membutuhkan bahu orang lain dimana kita bisa bersandar! Berbahagialah orang yang mempunyai 'Shoulder To Cry On'
|
Posted: 08 Dec 2010 01:17 AM PST Pikiran dan pengalaman kita bisa terbatas. Saat kita selalu mentok dan terus-menerus tidak mampu begerak lebih jauh dan kelihatannya segitu-segitu saja. Padahal, kita telah berusaha secara maksimal. Saat itulah, Anda mulai menyentuh limit pengalaman dan pikiran Anda. Itulah saat dimana Anda perlu perlu meminjam pikiran dan pengalaman orang lain. Meminjam ini bisa dilakukan dengan membaca, mendengarkan, ngobrol atau mengikuti bimbingan atau pelatihan tertentu. Intinya, masalah yang Anda alami sekarang, kadang tidak bisa diatasi dengan pikiran Anda karena keterbatasan pengalaman yang Anda miliki. Itulah manfaat bicara, mendengarkan dan belajar dari orang lain.
|